Sabtu, 03 Maret 2012

NEED ASSESSMENT


BAB. I. 

PENDAHULUAN


A.          Latar Belakang
Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar. Masalah ini dikarenakan adalah bahwa pendekatan need assesment kita kurang dilaksanakan oleh para pendidik dalam menentukan karakteristik proses pembelajaran terhadap peserta didik dalam  mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, untuk ketuntasan belajar secara individual.
Proses pembelajaran sistem persekolahan kita, umumnya belum  melaksanakan upaya-upaya need assesment yang meliputi: kewenangan pengembangan materi, pendekatan pembelajaran, penataan isi/konten, serta model sosialisasi yang  disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi serta era yang terjadi saat ini terhadap peserta didik.  Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah dikarenakan belum optimal pelaksanaan need assessment.
Dalam rangka perbaikan dan pengembangan  proses pembelajaran, pelaksanaan need assesment seharusnya diarahkan pada upaya mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengelola perolehan belajar (kompetensi) yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing. Dengan demikian, proses pembelajaran lebih mengacu kepada bagaimana peserta didik belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari.
Sesuai dengan cita-cita dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal peserta didik di dalam merancang strategi dan melaksanakan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan melaksanakan need assesment dalam strategi pembelajaran yang memungkinkan  peserta didik mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual.
Pendekatan need assesment adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan agar peserta didik mampu mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu. Dengan demikian melaksanakan need assesment sebagai salah satu  tujuan utama dalam  mendukung  proses pembelajaran , berarti keberadaan need assesment merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah terutamaoleh seorang pendidik.

B.     Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk
1.            memberikan pentingnya melaksanakan mengenai need assesment sebelum melaksanakan proses pembelajaran;
2.            memberikan alternatif melaksanakan need assesment yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan pendidik sesuai dengan mata pelajaran dan karakteristik peserta didik.

C.     Ruang Lingkup
Makalah  ini membahas tentang hakikat need assesment dan pelaksanaannya.

BAB. II. 

KAJIAN PUSTAKA


A.       Pengertian Need Assesment

Didalam ensiklopedia evaluasi yang disusun oleh Anderson dan kawan-kawan, analisis kebutuhan diartikan sebagai suatu proses kebutuhan sekaligus menentukan prioritas. Need Assessment (analisis kebutuhan) adalah suatu cara atau metode untuk mengetahui perbedaan antara kondisi yang diinginkan/seharusnya (should be / ought to be) atau diharapkan dengan kondisi yang ada (what is). Kondisi yang diinginkan seringkali disebut dengan kondisi ideal, sedangkan kondisi yang ada, seringkali disebut dengan kondisi riil atau kondisi nyata. Analisis kebutuhan sebagai suatu proses formal untuk menentukan jarak atau kesenjangan antara keluaran dan dampak yang nyata dengan keluaran dan dampak yang diinginkan, kemudian menempatkan deretan kesenjangan ini dalam skala prioritas lalu memilih hal yang paling penting untuk diselesaikan masalahnya. Need Assessment dapat diterapkan pada individu, kelompok atau lembaga (institusi).
Dalam konteks pendidikan kebutuhan dimaksud diartikan sebagai suatu kondisi yang memperlihatkan adanya kesenjangan antara kenyaataan yang ada dengan kondisi yang diharapkan. “Kebutuhan” diartikan sebagai jarak antara keluaran yang nyata dengan keluaran yang diinginkan. Penilaian kebutuhan secara objektif dan secara subjektif.
Mengenai kesenjangan yang menunjukkan pada need itu sendiri dapat berhubungan dengan dua hal yaitu:
1.      Ukuran objektif yaitu membandingkan antara tingkat penampilan hasil pengukuran dengan tingkat penampilan yang dipertimbangkan untuk diterima.
2.      Ukuran subjektif yaitu membandingkan tingkat penampilan hasil pengukuran dengan pertimbangan kebutuhan di suatu daerah.
Ukuran objektif dalam need assessment biasanya melalui langkah-langkah berikut:
1.      Mengidentifikasi wilayah tujuan yang dipandang penting dalam system pendidikan.
2.      Memilih atau menentukan ukuran atau indicator untuk wilayah tujuan tersebut.
3.      Menentukan tingkat ukuran.
4.      Mengadministrasikan pengukuran.
5.      Membandingkan tingkat yang diperoleh dengan tingkat yang diterima sebagai ketentuan.
Ukuran subjektif dalam  need assessment biasanya berisi sejumlah langkah sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi tujuan yang dipandang penting dalam system pendidikan.
2.      Mempertimbangkan  pilihan: memilih atau mengembangkan ukuran untuk wilayah tujuan atau mengadministrasikannya.
3.      Menyusun  rating scale untuk mempertimbangkan tingkatan penampilan yang ada dari setiap tujuan yang ditentukan.


B.  Tahap-Tahap Need Assessment
Analisis kebutuhan dilakukan secara bertahap; persiapan, pengumpulan data, analisis data dan interpretasi, deseminasi dan pembuatan laporan.
1. Persiapan
a)             Mengidentifikasi dan mendeskripsikan tentang audien dan target populasi.
b)             Mengklarifikasi tujuan analisis kebutuhan yaitu meliputi alasan yang dinyatakan (stated reason) yaitu antara lain seleksi perseorangan atau group untuk berpartisipasi dalam program, alokasi dana, dll. dan alasan yang tidak dinyatakan (unstated reason).
c)             Menetapkan cakupan dan tempat analisis kebutuhan.
d)            Menentukan orang yang akan terlibat di dalam pelaksanaan analisis kebutuhan yang meliputi keterlibatan anggota, menjalin komunikasi dengan group tersebut sepanjang studi
e)             Mengembangkan dan memperhatikan isu-isu politik yang urgen yaitu meliputi pelibatan individu dan grup kunci dalam lingkungannya, komunikasi secara terus-menerus, mengidentifikasi dan pendekatan terhadap orang-orang yang berada dalam lingkungan birokrasi.
f)              Mengidentifikasi dan menjelaskan informasi yang dibutuhkan yang meliputi keadaan, program, biaya, kerangka konsep dan dasar filosofi serta indicator keberhasilan.
2. Pengumpulan Data
a)             Mengumpulkan sumber informasi yang relevan.
b)             Menentukan sampel.
c)             Menentukan prosedur pengumpulan data dan instrument
d)            Menetapkan rencana implementasi dan prosedur observasi.
e)             Mendokumentasi dan menyimpan informasi.
3. Analisis Data dan Interpretasi
a)             Meriview dan memperbaharui informasi yang telah dikumpulkan.
b)             Mereview informasi dengan grup yang relevan.
c)             Melakukan analisis deskriptik sesuai dengan tipe informasi.
d)            Menilai informasi yang tersedia.
e)             Melakukan analisis.
4. Deseminasi Hasil Analisis dan Pembuatan Laporan
Data yang telah dianalisis dipresentasikan dan dirumuskan dalam bentuk kebijakan, sebagai rekomendasi. Hasil yang dipresentasikan dalam forum seminar disebut dengan diseminasi hasil evaluasi, dengan peserta, para perencana dan pelaksana program, pimpinan lembaga, pihak sponsor, masyarakat yang terkena program dan stake holder.
Adapun standar yang digunakan untuk mereview dan mengevaluasi rencana laporan berdasarkan Standar Evaluasi Analisis Kebutuhan antara lain:
a)             Standar Kegunaan, yaitu meliputi antara lain: identifikasi audiens, kredibilitas penilai, cakupan informasi, interpretasi penilaian, kejelasan laporan, diseminasi laporan, jadwal laporan dan dampak dari evaluasi.
b)             Standar Feasibility (Kelayakan) yaitu meliputi prosedur praktis, pengakuan secara politis dan efisiensi biaya.
c)             Standar Perilaku, yaitu meliputi kewajiban formal, konflik kepentingan, keterbukaan kepada public, HAM, interaksi manusia, laporan secara seimbang antara pusat, daerah, individual dan instansi, serta tanggung jawab atas anggaran.
d)            Standar Akurasi/Ketepatan, yaitu meliputi identifikasi obyek, analisis konteks, menggambarkan tujuan dan prosedur, kebenaran sumber informasi, pengukuran yang valid dan reliable, control data secara sistematis, analisis informasi kuantitatif, analisis data kualitatif, kesimpulan secara adil dan laporan yang objektif.

C.    Peranan Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan perubahan. Perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat rosional, perubahan fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan  kelompok dan individu. Perubahan ini menunjukkan upaya formal yang sistematis menentukan dan mendekatkan jarak kesenjangan antara “seperti apa yang ada” dengan “bagaimana seharusnya”.
Tiga langkah penting yang dilakukan oleh guru inovatif dalam menyiapkan rencana pembelajaran dengan memasukkan unsur analisis kebutuhan yang disisipkan di antara pemilihan materi dengan pemilihan strategi pembelajaran, sebagaimana contoh bagan berikut:
1.      Apa yang diajarkan?
2.      Mengapa mengajarkan yang kita ajarkan?
3.      Bagaimana mengajarkan?

D.    Analisis kebutuhan dalam kegiatan belajar mengajar

1.      Ketika guru diserahi tugas mengajar dan akan mulai melaksanakan tugas, seorang guru harus memusatkan perhatian ke arah pencapaian tujuan, lalu memperhatikan materi yang menunjang tujuan serta menentukan cara penyampainnya.
2.      Setelah terpilih materi yang akan diajarkan, guru menelaah kembali materi terpilih untuk dicocokkan dengan kebutuhan siswa. Inilah inti perbedaan antara perencanaan pengajaran tradisional dengan perencanaan yang memikirkan kebutuhan siswa.Dalam pendidikan inovatif, peserta didik merupakan focus dari seluruh proses kegiatan.
3.      Guru yakin terhadap materi, lalu menentukan strategi yang tepat untuk penyampaian materi tersebut, meliputi: pemilihan cara atau metode, pengelolaan kelas dan media yang digunakan untuk mendukung penyampaian.
Untuk dapat melaksanakan tugas pendidikan baik guru seyogyanya harus paham tentang “alat” dan “tujuan”. Dengan memahami tujuan, maka akan tepat dalam memilih alternative alat untuk mencapainya. Gagal mengidentifikasi “apa” yang akan dicapai sebelum menentukan “bagaimana” mencapainya dengan resiko sesedikit mungkin, dengan biaya sehemat mungkin, akan gagal pula mencapai sukses secara optimal. Analisis kebutuhan merupakan seperangkat alat dan teknik formal, serta cara untuk mencermati dunia secara lebih ilmiah karena memandang alat dan tujuan dalam satu perspektif kesatuan yang bermakna.

BAB. III.
NEED ASSESSMNET DALAM PEMBELAJARAN TUNTAS
 (MASTERY-LEARNING)

A.    Pengertian Pembelajaran
Istilah  pembelajaran merupakan padanan dari kata dalam bahasa Inggris instruction, yang berarti  proses  membuat orang  belajar. Tujuannya ialah membantu orang  belajar, atau memanipulasi (merekayasa) lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang yang belajar. Gagne dan Briggs (1979) mendefinisikan pembela­jaran sebagai suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi, dsb.) yang secara sengaja dirancang untuk mempenga­ruhi peserta didik (pembelajar), sehingga proses  belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada peristiwa yang dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup  semua peristiwa yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang dimuat dalam bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari  bahan-bahan  tersebut.

B.        Prinsip Umum Pembelajaran
Teknologi pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-prinsip yang diambil dari teori psikologi, terutama teori belajar dan hasil-hasil penelitian dalam kegiatan pembelajaran. Atwi Suparman (1997) yang mengutip pendapat Filbeck mengelompokkan prinsip-prinsip yang digunakan dalam pembelajaran menjadi 12 macam, yaitu:
1.     Respon yang berakibat menyenangkan pembelajar
Implikasi:
a.     Perlunya umpan balik positif dengan segera
b.     keharusan pembelajar untuk aktif membuat respons
c.     perlunya pemberian latihan (exercise) dan tes
2.     Kondisi atau tanda untuk menciptakan perilaku tertentu
Implikasi:
a.     perlunya kejelasan mengenai standar kompetensi maupun kompetensi dasar.
b.     penggunaan variasi metode dan media
3.     Pembelajaran yang menyenangkan
Implikasi:
a.     pemberian isi/materi pembelajaran yang berguna
b.     imbalan dan penghargaan terhadap keberhasilan peserta didik
c.     seringnya pemberian latihan dan tes
4.     Pembelajaran kontekstual
Implikasi:
a.     pemberian kegiatan belajar yang mirip dengan kondisi yang sesungguhnya
b.     pemberian contoh-contoh riel/nyata
c.     penggunaan metode dan media
5.     Generalisasi dan pembedaan sebagai dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks
Implikasi:
perlunya keseimbangan dalam memberikan contoh (baik-buruk, positif-negatif, ganjil-genap, konkrit-abstrak, dsb.)
6.     Pengaruh status mental terhadap perhatian dan ketekunan
Implikasi:
perlunya menarik/memusatkan perhatian pembelajar
7.     Membagi kegiatan ke dalam langkah-langkah kecil
Implikasi:
a.     Penggunaan buku teks terprogram (programmed texts atau programmed instructions)
b.     Pemenggalan kegiatan menjadi kecil-kecil, disertai latihan dan umpan balik
8.     Pemodelan bagi materi yang kompleks
Implikasi:
penggunaan metode dan media yang dapat menggambarkan model (simplifikasi) dari benda/kegiatan nyata.
9.     Keterampilan tingkat tinggi terbentuk dari keterampilan-keterampilan dasar
Implikasi:
Standar kompetensi maupun kompetensi dasar hendaknya dirumuskan seoperasional mungkin dan diturunkan/dijabarkan melalui analisis instruksional.
10.   Pemberian informasi tentang perkembangan kemampuan pembelajar
Implikasi:
a.     urutan pembelajaran dimulai dari yang sederhana bertahap menuju ke yang makin kompleks
b.     kemajuan harus diinformasikan
11.   Variasi dalam kecepatan belajar
Implikasi:
a.     pentingnya penguasaan materi prasyarat
b.     kesempatan untuk maju menurut kecepatan masing-masing
12.   Persiapan/kesiapan
Implikasi:
pemberian kebebasan kepada pembelajar untuk memilih waktu, cara dan sumber belajar lain.
Salah satu pendekatan  pembelajaran adalah menempatkan peserta didik sebagai subjek didik, yakni lebih banyak  mengikut sertakan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini bertolak dari anggapan bahwa peserta didik memiliki potensi untuk berpikir sendiri dan potensi tersebut hanya dapat diwujudkan apabila mereka diberi banyak kesempatan untuk berpikir sendiri.  Oleh karena itu guru tidak boleh lagi dipandang sebagai "orang yang paling tahu segalanya”, melainkan lebih berperan sebagai fasilitator terjadinya proses belajar pada individu peserta didik. Peserta didik tentunya juga harus secara terus menerus berusaha menyempurnakan diri sehingga meningkat kemampuannya.
Pemilihan metode pembelajaran yang memberi peluang kepada peserta didik untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran, merupakan langkah awal yang utama menuju keberhasilan mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Di samping itu mengingat bahwa penilaian dalam KBK menekankan baik proses maupun hasil belajar, maka keterampilan proses perlu betul-betul digiatkan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Kemampuan atau keterampilan proses yang mendasar untuk pembelajaran berbasis kompetensi antara lain adalah kemampuan atau keterampilan dalam:
1.     mengobservasi/mengadakan pengamatan
2.     menghitung
3.     mengukur
4.     mengklasifikasi
5.     mencari hubungan ruang/waktu
6.     membuat hipotesis
7.     merencanakan penelitian/eksperimen
8.     mengendalikan variabel
9.     menginterpretasi atau menafsirkan data
10.   menyusun kesimpulan sementara (inferensi)
11.   meramalkan (memprediksi)
12.   menerapkan (mengaplikasi)
13.   mengkomunikasika
Berdasarkan uraian di atas maka pendekatan pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.     Orientasi pada pencapaian hasil (outcome oriented)
2.     Bertolak dari Kompetensi Lulusan
3.     Berbasis pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
4.     Pengembangan pembelajaran menghargai perbedaan-perbedaan (berdiferensiasi)
5.     Utuh dan menyeluruh (holistik)
6.     Menerapkan prinsip ketuntasan belajar (mastery learning)

C.       PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY-LEARNING)
Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih strategi belajar). Dengan demikian makin baik metode, akan makin efektif pula pencapaian tujuan belajar (Winarno Surahmad, 1982). Langkah metode pembelajaran yang dipilih memainkan peranan utama, yang berakhir pada semakin meningkatnya prestasi belajar peserta didik.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan  peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dalam model yang paling sederhana, dikemukakan bahwa jika setiap peserta didik diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan peserta didik akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika peserta didik tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi peserta didik tersebut belum optimal. Block (1971) menyatakan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik sebagai berikut :

                                                

Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi (degree of learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar digunakan (time actually spent) untuk belajar dibagi dengan waktu yang diperlukan (time needed) untuk menguasai kompetensi tertentu.
Secara skematis konsep prestasi belajar sebagai dampak pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran tuntas, dapat digambarkan sebagai berikut :
Dari konsep-konsep di atas, kiranya cukup jelas bahwa harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi peserta didik dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta perhatian khusus bagi peserta didik yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar. Dari konsep tersebut, dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelalaran tuntas adalah:
1.      Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang hirarkis,
2.      Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feedback,
3.      Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan,
4.     Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih
D.           INDIKATOR NEED ASSESSMENT PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY-LEARNING)
1.  Indikator Need Assessment
Indikator Need Assessment pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual peserta didik, sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal.
Adapun langkah-langkahnya adalah :
a.          mengidentifikasi prasyarat (prerequisite), 
b.         membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian kompetensi,
c.          mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.
Indikator Need Assessment yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat (peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil.  Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial dengan sesion-sesion kelompok kecil, tutorial orang perorang, pembelajaran terprogram, buku-buku kerja, permainan dan pembelajaran berbasis komputer (Kindsvatter, 1996)
2.  Peran Guru
Indikator Need Assessment pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan peserta didik secara individual. Pendekatan yang digunakan mendekati model Personalized System of Instruction (PSI) seperti dikembangkan oleh Keller, yang lebih menekankan pada interaksi antara peserta didik dengan materi/objek belajar.
Peran guru harus intensif dalam hal-hal berikut:
a.         Menjabarkan/memecah KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-satuan (unit-unit) yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan prasyaratnya.
b.        Mengembangkan  indikator berdasarkan SK/KD. 
c.         Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi
d.        Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik
e.         Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi (kognitif, psikomotor, dan afektif)
f.         Menggunakan teknik diagnostik
g.        Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi peserta didik yang mengalami kesulitan
3.  Peran Peserta didik
Indikator Need Assessment memiliki pendekatan berbasis kompetensi sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran peserta didik sebagai subjek didik. Fokus program pembelajaran bukan pada “Guru dan yang akan dikerjakannya” melainkan pada ”Peserta didik dan yang akan dikerjakannya”. Oleh karena itu, Indikator Need Assessment pembelajaran tuntas memungkinkan peserta didik lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan. Artinya, peserta didik diberi kebebasan dalam menetapkan  kecepatan pencapaian kompetensinya. Kemajuan peserta didik sangat bertumpu pada usaha serta ketekunannya secara individual.
4.  Evaluasi
Penting untuk dicatat bahwa evaluasi  indikator need  assessment ditetapkan dengan pada setiap kompetensi dasar. Dalam hal ini batas evaluasi need assessment ketuntasan belajar harus ditetapkan oleh guru sampai peserta didik dinyatakan mencapai ketuntasan dalam belajar.
Asumsi dasar evaluasi  need  assessment adalah:
a.              bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan berbeda,
b.             standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi adalah lulus atau tidak lulus. (Gentile & Lalley: 2003)
Sistem evaluasi menggunakan penilaian berkelanjutan, yang ciri-cirinya adalah:
a.              Ulangan dilaksanakan untuk melihat ketuntasan setiap Kompetensi Dasar
b.             Ulangan dapat dilaksanakan terdiri atas satu atau lebih Kompetensi Dasar (KD)
c.              Hasil ulangan dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial dan  program pengayaan.
d.             Ulangan mencakup aspek kognitif dan psikomotor
e.              Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti pengamatan, kuesioner, dsb.
Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk instrumen/soal. Dalam pembelajaran tuntas tes diusahakan disusun berdasarkan indikator sebagai alat diagnosis terhadap program pembelajaran. Dengan menggunakan tes diagnostik yang dirancang secara baik, peserta didik dimungkinkan dapat menilai sendiri hasil tesnya, termasuk mengenali di mana ia mengalami kesulitan dengan segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian ketuntasan belajar, meskipun umumnya disepakati pada skor/nilai 75 (75%) namun batas ketuntasan yang paling realistik atau paling sesuai adalah ditetapkan oleh guru mata pelajaran, sehingga memungkinkan adanya perbedaan dalam penentuan batas ketuntasan untuk setiap KD maupun pada setiap sekolah dan atau daerah.


BAB. IV.

PENUTUP


Peserta didik memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda, kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda tersebut maka permasalahan yang dihadapi peserta didik pun berbeda-beda pula. Oleh karena itu, pendidik dalam  melaksanakan proses pembelajaran  perlu tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi maupun kelebihan yang dimiliki  peserta didik.
 Dengan melihat kenyataan tersebut di atas, guru hendaknya memahami dan melakukan perubahan-perubahan dalam  mengatasi perbedaan tersebut dengan cara perlakuan-perlakuan yang bersifat kolektif untuk menuju ketuntasan pencapaian kompetensi secara optimal. Oleh karena itu, upaya-upaya  dalam melaksanakan need assessmnet terlebih dahulu harus dilakukan oleh guru sebelum proses pembelajaran dalam  mencapai pembelajaran tuntas (Mastery-Leraning).
Banyak teknik yang dapat digunakan seorang guru dalam melaksanakan need assessment bagi peserta didik, antara lain menggunakan  tes, wawancara, pengamatan, dsb dengan tujuan untuk mengukur kemampuan setiap peserta didik sebelum melaksanakan proses pembelajaran . Memang berat rasanya untuk dapat melaksanakan need assessment bagi pessserta didik ini dengan sempurna. Namun dengan menyadari bahwa tugas seorang guru adalah  tugas nan mulia, Insya Allah semua dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Awal dari sebuah pembaharuan memang terasa sulit, namun  harus dimulai sehingga pada saatnya jika tugas yang dirasa berat itu sudah biasa dilakukan, maka akan menjadi terasa ringan.


DAFTAR PUSTAKA
Appleman, Chery I. (2004). The enrichment teacher. Los Angeles: NETA
Armstrong, D.G. & J.J. Denton (1998). Instructional skills handbook. Englewood
         Cliffs: Educational Technology Publications.
Atwi Suparman (2001). Desain instruksional: Program pengembangan
         ketrampilan dasar teknik instruksional (PEKERTI) untuk dosen muda.
        Jakarta:UT, PPAI-PAU.
Block, James H. (1971) Mastery learning: Theory and practice. New York: Holt,
        Rinehart and Winston, Inc.
Conny Semiawan. dkk. (1985). Pendekatan keterampilan proses, Jakarta:PT
        Gramedia
Gagne, Robert M. and Leslie J. Briggs. (1979). Principles of instructional design.
        New York: Rinehart and' Winston
Gentile, J.R. & J.P.Lalley (2003). Standards and mastery learning: Aligning
               teaching and assessment so al children can learn. Thousand Oaks:
              Corwin Press, Inc.
Joyce, Bruce, Marsha Weil, and Beverly Showers (1992). Models of teaching.
             Boston: Allyn and Bacon
Kindsvatter, Richard, William Wilen & Margaret Ishler (1996). Dynamics of
            effective teaching. New York: Longman Publishers USA
McKeachie, et.al. (1994). Teaching tips: Strategies, research, and theory for
           college and university teachers. Lexington: D.C. Heath and Co.

2 komentar:

  1. Thanks.... postingan ini membantu :))

    BalasHapus
  2. Kepada Yth.
    CEO / PEMILIK PERUSAHAAN / HRD / SDM / KEPEGAWAIAN
    Semangat Pagi !!!
    Disini kami bisa membantu Perusahaan Instansi Bapak Ibu untuk
    MEMETAKAN, MENGANALISA, MEMBEDAH, MENYINGKAP & MENGUNGKAP tabir Rahasia POTENSI dan KARAKTER dalam hal KOMPETENSI PEKERJAAN setiap karyawan dan pegawai secara DETAIL, CEPAT & AKURAT. Sehingga karyawan dapat bekerja sesuai dengan PASSION nya wal hasil akan maksimal dalam bekerja dibidangnya (on The Right Man On The Right Job).
    Untuk selengkapnya silahkan hubungi kami di HP 0813 98 515657, 0858 90 333459, 0817 91 85625 atau buka di website kami www.gfast.id
    Salam
    Tim Gfast Indonesia

    BalasHapus